Kisah Saya, Putri dan Listrik yang Mati


Listrik mati, adalah hal yang dibicarakan orang dua hari terakhir ini, semua orang merasa susah karena aliran listrik tersebut mati. Bayangkan dari pukul 12.00 siang sampai pukul 09. 00 malam listrik di Jakarta dan sekitarnya lumpuh.

Padamnya lsitrik tersebut berimbas kepada banyak hal, sistem transportasi MRT dan KRL lumpuh total, tidak bisa beroprasi karena tidak ada aliran listrik. Belum lagi kita melihat berbagai kekacauan seperti lampu jalanan yang mati, atau traffik light yang mati, ditambah lagi listrik mati menyebabkan aliran air juga ikut mati. Semuanya jadi serba kacau gara-gara litrik mati.

Tapi kali ini saya tidak ingin membahas hal tersebut, biarlah itu jadi PR pemerintah supaya kejadian serupa tidak terulang kembali. Saya ingin membahas kejadian di balik itu yang ada peran saya di sana.

Sore itu sekitar pukul 2.30 siang, berkali-kali saya mencoba menghubungi Putri (baca: Pacar Saya) melalui jaringan telepon, sialnya tidak ada sama sekali sinyal waktu itu, ternyata matinya aliran listrik juga mematikan sinyal jaringan internet dan telepon. Saya khawatir, Putri sudah berangkat lebih dulu naik kereta dan tidak sempat menghubungi saya.

Akhirnya saya memutuskan untuk pergi ke rumahnya, menjemputnya seketika itu juga, saya tidak peduli seandainya dia sudah berangkat terebih daulu. Nanti bisa dipikirkan belakangan. Yang penting dia aman.

Sejam kemudian saya sampai di Depok, tepatnya di suatu daerah bernama Pal, tempat dia tinggal.
Rasa itu selalu sama, ada debar debar dalam dada tatkala berkungjung ke rumahnya. Ada rasa senang sekaligus rasa rasa khawatir, semuanya tak jelas lebih dominan yang mana, semuanya membuat dada ini bergetar. Saya khawatir apabila salah ngomong tatkala berjumpa dengan orangtuanya, akan tetapi saya senang karena akan bertemu dengan gadis itu.

Ajaibnya, ketika saya sampai, dia ternyata tengah menunggu kedatangan saya, dan orangtuanya juga tidak ada di rumah, separuh hati ini merasa lega. Lima menit dia bersiap lalu kita berangkat menuju rumah kakaknya di serpong.  Sepanjang perjalanan banyak yang kita obrolkan, selain bertanya keadaan masing-masing dia ceriwis sekali bertanya tentang gempa dan semua yang berkaitan dengannya. Sebagai dulunya anak IPA, dan penyuka segala tentang alam, saya mencoba menjawab semua pertanyaan dia sepanjang perjalanan. Dia bagaikan murid sekolah yang haus akan ilmu pengetahuan.

Satu setengah jam berlalu, tak terasa kita hampir sampai ke tujuan, karena malam telah beranjak, akhirnya kita memutuskan makan malam terlebih dahulu di sebuah tempat makan yang kebetulan lampunya menyala. Pasti itu karena genset yang mereka siapkan. Sebagai info, Inilah satu-satunya tempat makan yang ada penerangannya di sepanjang jalanan yang gelap.
Setelah makan kami lanjutkan perjalanan pulang.

Setelah sampai di kediaman masing-masing, dan setelah listrik  kembali menyala pukul 9.00 malam, saya segera mengetahui dari berita bahwa KRL lumpuh seharian tadi, saya merasa lega karena Putri tidak jadi naik KRL, tak terbayang susahnya dia jika jadi naik KRL. Sekian.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenikmatan Yang Mematikan

Babak Baru FLP Ciputat

Pemilu dan Momentum Indonesia Maju